Wednesday, January 27, 2010

Melatih Bermental Baja

Selain merangsang kecerdasan anak, permainan catur juga melatih anak bermental baja. Anak pun dididik untuk tidak cengeng. Sekolah Catur Utut Adianto berdiri sejak Juli 1993. Hingga 14 tahun usianya, sekolah ini mencatat 1.800-an siswa di sekolah yang didirikan oleh grand master international itu. Dari sekian lulusan mereka, hanya sedikit yang kemudian memutuskan menjadi pecatur profesional.

”Mungkin tak sampai 1 persennya. Maksud saya, orang itu hidup dan makannya dari olahraga catur ini,” ujar Utut Adianto, pendiri Sekolah Catur Utut Adianto. Salah satu anak didiknya yang berhasil menjadi grand master international adalah Susanto Megaranto. Kemudian, yang menjadi master internasional, yakni Taufik Halay serta Irena Karisma––master internasional wanita.

”Sumbangsih sekolah kami ke dunia olahraga nasional cukup besar. Tapi memang, catur bukan olahraga yang sifatnya menarik khalayak ramai,” ungkapnya. Khusus bagi anak-anak, lanjut Utut, bermain catur sebetulnya dapat membuat dia menjadi pandai. Pada umumnya, anak jenius bisa hebat di dunia catur. Sebab, ada korelasi kuat antara tingkat kejeniusan seseorang dengan teknik bermain catur. Meskipun begitu, tetap saja anak jenius tersebut harus tekun berlatih catur. Utut menganjurkan untuk mengajarkan catur kepada anak sejak dini. ”Semakin dini mengajarkan catur kepada anak, akan semakin bagus,” ujarnya. Dia menuturkan, di sekolah ini ada siswa yang baru berusia 4,6 tahun bernama Aji Pamungkas, tinggal di kawasan Bekasi.

”Semakin kecil, semakin baik. Sebab, itu akan terefleksikan ketika dia beranjak dewasa,” ujarnya. Biasanya, seorang anak yang gemar bermain catur pada dasarnya memang pembawaannya suka berpikir. Pada umumnya, anak-anak lebih senang olahraga fisik, seperti berlari-larian ke sana-kemari. Kendati begitu, ada juga sedikit anak yang lebih suka berpikir. Umumnya, perilaku anak itu lebih pendiam bila dibandingkan anak lain. Anak yang suka berhitung dan matematika biasanya bermain caturnya bagus.

Pendekatan belajar catur yang diterapkan kepada anak-anak dilakukan dengan memperkenalkan agar dia senang catur terlebih dulu, belum sampai transfer ilmu dan teknik bermain caturnya.

”Problem yang paling sulit adalah bagaimana membuat dia jatuh cinta terhadap olahraga catur.Tanpa jatuh cinta dan kesenangan ini, maka bermain catur hanya akan menjadi musiman baginya. Namanya juga anak kecil, pengin coba-coba. Kalau dia sudah sampai jatuh cinta, baru kami transfer ilmunya,” papar Utut.

Selanjutnya, ada tahapan kelas belajar teknik catur. Dimulai basic, clasic 1, intermediate, advance, sampai ke kelas master nasional lalu master internasional.

Guru catur akan berusaha membuat anak tertarik dan jatuh cinta pada catur. Daya khayal anak digali dengan menceritakan bahwa bermain catur itu sama seperti kita sedang berperang, yakni ada benteng, kuda, raja, dan prajurit. ”Catur sebetulnya merupakan olahraga yang paling mudah dilakukan dengan pendekatan secara ilmiah. Dengan adanya sekolah catur, berarti memberikan jalur tepat bagi anak yang punya hobi di bidang catur,” tutur Utut.

Sementara itu, ungkap psikolog anak Jovita Maria Ferliana, bermain catur bagi anak-anak sangat bagus manfaatnya sejauh tidak dipaksakan. Sebab, dalam permainan ini terdapat kemampuan berkonsentrasi, untuk mengatur strategi berpikir melangkah jauh ke depan. ”Permainan catur menjadi salah satu cara menstimulasi tingkat kecerdasan otak anak,” ujar Ferli––sapaan akrabnya, lulusan master psikologi dari Universitas Tarumanagara, Jakarta ini.

Sumber : http://smka-smr.sch.id/modules.php?op=modload&name=News&file=article&sid=561

Top 10 Popular Posts